Assalaamu 'Alaikum Warahmatullah wa Barakaatuh

Indeks Artikel Terbaru

Selasa, 21 Desember 2010

Seputar Kitab Barzanji

Secara umum peringatan maulud Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selalu disemarakkan dengan shalawatan dan puji-pujian kepada RasulullahShallallahu alaihi wa sallam, yang mereka ambil dari kitab Barzanji
maupun Daiba, ada kalanya ditambah dengan senandung qasidah Burdah.Meskipun kitab Barzanji lebih populer di kalangan orang awam daripadayang lainnya, tetapi biasanya kitab Daiba, Barzanji dan Qasidah Burdahdijadikan satu paket untuk meramaikan maulid Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang diawali dengan membaca Daiba, lalu Barzanji, kemudianditutup dengan Qasidah Burdah. Biasanya kitab Barzanji menjadi kitabinduk peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkansebagian pembacanya lebih tekun membaca kitab Barzanji daripada membacaal-Qur’an. Maka tidak aneh jika banyak di antara mereka yang lebihhafal kitab Barzanji bersama lagu-lagunya dibanding al-Quran. Fokuspembahasan dan kritikan terhadap kitab Barzanji ini adalah karenapopulernya, meskipun penyimpangan kitab Daiba lebih parah daripadakitab Barzanji. Berikut uraiannya :
Secara umum kandungan kitab Barzanji terbagi menjadi tiga :1). Cerita tentang perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdengan satra bahasa tinggi yang terkadang tercemar denganriwayat-riwayat lemah.2). Syair-syair pujian dan sanjungan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan bahasa yang sangat indah, namun telah tercemar denganmuatan dan sikap ghuluw (berlebihan).3). Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi telahbercampur aduk dengan shalawat bid’ah dan shalawat-shalawat yang tidakberasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
PENULIS KITAB BARZANJIKitab Barzanji ditulis oleh Ja’far al-Barjanzi al-Madani, dia adalahkhathib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syafi’iyyah.Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M dan di antara karyanya adalahKisah Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[1]
Sebagai seorang penganut paham tasawwuf yang bermadzhab Syiah tentuJa’far al-Barjanzi sangat mengkultuskan keluarga, keturunan dan NabiMuhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini dibuktikan dalam doanya“Dan berilah taufik kepada apa yang Engkau ridhai pada setiap kondisibagi para pemimpin dari keturunan az-Zahra di bumi Nu’man.[2]
KESALAHAN UMUM KITAB BARZANJIKesalahan kitab Barzanji tidaklah separah kesalahan yang ada pada kitabDaiba` dan Qasidah Burdah. Namun, penyimpangannya menjadi parah ketikakitab Barzanji dijadikan sebagai bacaan seperti al-Qur’an. Bahkan,dianggap lebih mulia dari pada Al Qur’an. Padahal, tidak ada nashsyar’i yang memberi jaminan pahala bagi orang yang membaca Barzanji,Daiba` atau Qasidah Burdah. Sementara, membaca al-Qur’an yang jelaspahalanya, kurang diperhatikan. Bahkan, sebagian mereka lebih seringmembaca Barzanji daripada membaca al-Qur’an apalagi pada saat perayaanmaulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya : Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka dia akanmendapatkan satu kebaikan yang kebaikan tersebut akan dilipatgandakanmenjadi 10 pahala. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf. Akantetapi, Alif satu huruf, lam satu huruf mim satu huruf.[3]
KESALAHAN KHUSUS KITAB BARZANJIAdapun kesalahan yang paling fatal dalam kitab Barzanji antara lain:
Kesalahan PertamaPenulis kitab Barzanji meyakini melalui ungkapan syairnya bahwa keduaorang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam termasuk ahlul Imandan termasuk orang-orang yang selamat dari neraka bahkan iamengungkapkan dengan sumpah.
Dan sungguh kedua (orang tuanya) demi Allah Azza wa Jalla termasuk ahliiman dan telah datang dalil dari hadits sebagai bukti-buktinya.
Banyak ahli ilmu yang condong terhadap pendapat in,i maka ucapkanlah salam karena sesungguhnya Allah Maha Agung.
Dan sesungguhnya Imam al-Asy’ari menetapkan bahwa keduanya selamat menurut nash tibyan (al-Qur’an).[4]
Jelas, yang demikian itu bertentangan dengan hadits dari AnasRadhiyallahu ‘anhu bahwa sesungguhnya seorang laki-laki bertanya:Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di manakah ayahku(setelah mati)? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Diaberada di Neraka. Ketika orang itu pergi, beliau Shallallahu alaihi wasallam memanggilnya dan bersabda: Sesungguhnya bapakku dan bapakmuberada di Neraka[5]
Imam Nawawi rahimahullah berkata: Makna hadits ini adalah bahwabarangsiapa yang mati dalam keadaan kafir, ia kelak berada di Nerakadan tidak berguna baginya kedekatan kerabat. Begitu juga orang yangmati pada masa fatrah (jahiliyah) dari kalangan orang Arab penyembahberhala, maka ia berada di Neraka. Ini tidak menafikan penyampaiandakwah kepada mereka, karena sudah sampai kepada mereka dakwah nabiIbrahim Alaihissalam dan yang lainnya.[6]
Semua hadits yang menjelaskan tentang dihidupkannya kembali kedua orangtua Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan keduanya beriman sertaselamat dari neraka semuanya palsu, diada-adakan secara dusta dan lemahsekali serta tidak ada satupun yang shahih. Para ahli hadits sepakatakan kedhaifannya seperti Daruquthni al-Jauzaqani, Ibnu Syahin,al-Khathib, Ibnu Ashakir, Ibnu Nashr, Ibnul Jauzi, as-Suhaili,al-Qurthubi, at-Thabari dan Fathuddin Ibnu Sayyidin Nas.[7]
Adapun anggapan bahwa Imam al-Asyari yang berpendapat bahwa kedua orangtua Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beriman, harus dibuktikankebenarannya. Memang benar, Imam as-Suyuthi rahimahullah berpendapatbahwa kedua orang tua Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beriman danselamat dari neraka, namun hal ini menyelisihi para hafidz dan paraulama peneliti hadits.[8]
Kesalahan KeduaPenulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka menyakinibahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir pada saat membacashalawat, terutama ketika Mahallul Qiyam (posisi berdiri), hal itusangat nampak sekali di awal qiyam (berdiri) membaca:
Selamat datang, selamat datang, selamat datang, selamat datang wahai kakek Husain selamat datang.
Bukankah ucapan selamat datang hanya bisa diberikan kepada orang yanghadir secara fisik?. Meskipun di tengah mereka terjadi perbedaan,apakah yang hadir jasad nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallambersama ruhnya ataukah ruhnya saja. Muhammad Alawi al-Maliki (seorangpembela perayaan maulid-red) mengingkari dengan keras pendapat yangmenyatakan bahwa yang hadir adalah jasadnya. Menurutnya, yang hadirhanyalah ruhnya.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berada di alamBarzah yang tinggi dan ruhnya dimuliakan Allah Azza wa Jalla di surga,sehingga tidak mungkin kembali ke dunia dan hadir di antara manusia.
Pada bait berikutnya semakin jelas nampak bahwa Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam diyakini hadir, meskipun sebagian mereka meyakiniyang hadir adalah ruhnya.
Wahai Nabi salam sejahtera atasmu, wahai Rasul salam sejahtera atasmuWahai kekasih salam sejahtera atasmu, semoga rahmat Allah tercurah atasmu.
Para pembela Barzanji seperti penulis Fikih Tradisionalis berkilah,bahwa tujuan membaca shalawat itu adalah untuk mengagungkan nabiMuhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurutnya, salah satu caramengagungkan seseorang adalah dengan berdiri, karena berdiri untukmenghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita. Bahkan tidakjarang hal itu dilakukan untuk menghormati benda mati. Misalnya, setiapkali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika bendera merah putihdinaikkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan, seluruh peserta upacaradiharuskan berdiri. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghormatibendera merah putih dan mengenang jasa para pejuang bangsa. Jika dalamupacara bendera saja harus berdiri, tentu berdiri untuk menghormatiNabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih layak dilakukan, sebagaiekspresi bentuk penghormatan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukankah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalahmanusia teragung yang lebih layak dihormati dari pada orang lain?[9]
Ini adalah qiyas yang sangat rancu dan rusak. Bagaimana mungkinmenghormati Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam disamakan dengan hormatbendera ketika upacara, sedangkan kedudukan beliau Shallallahu ‘alaihiwa sallam sangat mulia dan derajatnya sangat agung, baik saat hidupatau setelah wafat. Bagaimana mungkin beliau disambut dengan caraseperti itu, sedangkan beliau berada di alam Barzah yang tidak mungkinkembali dan hadir ke dunia lagi. Disamping itu, kehadiran RasulShallallahu ‘alaihi wa sallam ke dunia merupakan keyakinan batil karenatermasuk perkara ghaib yang tidak bisa ditetapkan kecuali berdasarkanwahyu Allah Azza wa Jalla, dan bukan dengan logika atau qiyas. Bahkan,pengagungan dengan cara tersebut merupakan perkara bid’ah. PengagunganNabi?terwujud dengan cara menaatinya, melaksanakan perintahnya,menjauhi larangannya, dan mencintainya.
Melakukan amalan bid’ah, khurafat, dan pelanggaran, bukan merupakanbentuk pengagungan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Demikian juga dengan acara perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan perbuatan tersebut termasuk bid’ah yang tercela.
Manusia yang paling besar pengagungannya kepada Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam ?adalah para sahabat Radhiyallahu ‘anhum -semogaAllah meridhai mereka- sebagaimana perkataan Urwah bin Mas’ud kepadakaum Quraisy: Wahai kaumku.demi Allah, aku pernah menjadi utusankepada raja-raja besar, aku menjadi utusan kepada kaisar, aku pernahmenjadi utusan kepada Kisra dan Najasyi, demi Allah aku belum pernahmelihat seorang raja yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimanapengikut Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengagungkan MuhammadShallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidaklah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam meludah kemudian mengenai telapak tangan seseorang di antaramereka, melainkan mereka langsung mengusapkannya ke wajah dan kulitmereka. Apabila ia memerintahkan suatu perkara, mereka bersegeramelaksanakannya. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu,mereka saling berebut bekas air wudhunya. Apabila mereka berkata,mereka merendahkan suaranya dan mereka tidak berani memandang langsungkepadanya sebagai wujud pengagungan mereka[10]
Bentuk pengagungan para sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas sangat besar. Namun, mereka tidak pernah mengadakanacara maulid dan kemudian berdiri dengan keyakinan ruh RasulShallallahu ‘alaihi wa sallam sedang hadir di tengah mereka. Seandainyaperbuatan tersebut disyariatkan, niscaya mereka tidak akanmeninggalkannya.
Jika para pembela maulid tersebut berdalih dengan hadits NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam,Berdirilah kalian untuk tuan atau orangyang paling baik di antara kalian [11], maka alasan ini tidak tepat.
Memang benar Imam Nawawi rahimahullah berpendapat bahwa pada hadits diatas terdapat anjuran untuk berdiri dalam rangka menyambut kedatanganorang yang mempunyai keutamaan[12]. Namun, tidak dilakukan kepada orangyang telah wafat meskipun terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan pendapat yang benar, hadits tersebut sebagai anjuran danperintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang AnsharRadhiyallahu ‘anhum agar berdiri dalam rangka membantu Sa’ad bin MuadzRadhiyallahu ‘anhu turun dari keledainya, karena dia sedang luka parah,bukan untuk menyambut atau menghormatinya, apalagi mengagungkannyasecara berlebihan[13].
Kesalahan KetigaPenulis kitab Barzanji mengajak untuk mengkultuskan Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam secara berlebihan dan menjadikan Nabi sebagai tempatuntuk meminta tolong dan bantuan sebagaimana pernyataannya.
Padamu sungguh aku telah berbaik sangka. Wahai pemberi kabar gembira wahai pemberi peringatan.Maka tolonglah aku dan selamatkanlah aku. Wahai pelindung dari neraka Sa’irWahai penolongku dan pelindungku. Dalam perkara-perkara yang sangat penting (suasana susah dan genting)
Sikap berlebihan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,mengangkatnya melebihi derajat kenabian dan menjadikannya sekutu bagiAllah Azza wa Jalla dalam perkara ghaib dengan memohon kepada beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersumpah dengan nama beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sikap yang sangat dibenciRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan termasuk perbuatansyirik. Do’a dan tindakan tersebut menyakiti serta menyelisihi petunjukdan manhaj dakwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkanmenyelisihi pokok ajaran Islam yaitu tauhîd. Nabi Shallallahu ‘alaihiwa sallam telah mengkhawatirkan akan terjadinya hal tersebut, sehinggaketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit yang membawa beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kematian, beliau bersabda:“Janganlah kamu berlebihan dalam mengagungkanku sebagaimana kaumNasrani berlebihan ketika mengagungkan Ibnu Maryam. Aku hanyalahseorang hamba, maka katakanlah aku adalah hamba dan utusan-Nya.[14]
Telah dimaklumi, bahwa kaum Nasrani menjadikan Nabi Isa Alaihissalamsebagai sekutu bagi Allah Azza wa Jalla dalam peribadatan mereka.Mereka berdoa kepada Nabi-nya dan meninggalkan berdoa kepada Allah Azzawa Jalla, padahal ibadah tidak boleh dipalingkan kepada selain AllahAzza wa Jalla. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikanperingatan kepada umatnya agar tidak menjadikan kuburan beliau sebagaitempat berkumpul dan berkunjung, sebagaimana dalam sabdanya Shallallahu‘alaihi wa sallam : Janganlah kamu jadikan kuburanku tempat berkumpul,bacalah salawat atasku, sesunggguhnya salawatmu sampai kepadakudimanapun kamu berada.[15]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras kepadaumatnya tentang sikap berlebihan dalam menyanjung dan mengagungkanbeliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam. Bahkan, ketika ada orang yangberlebihan dalam mengagungkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,mereka berkata: Engkau Sayyid kami dan anak sayyid kami, engkau orangterbaik di antara kami, dan anak dari orang terbaik di antara kami,maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka:Katakanlah dengan perkataanmu atau sebagiannya, dan jangan biarkansyaitan menggelincirkanmu.[16]
Termasuk perbuatan yang berlebihan dan melampui batas terhadap NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersumpah dengan nama beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sumpah adalah bentuk pengagunganyang tidak boleh diberikan kecuali kepada Allah Azza wa Jalla. NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa bersumpahhendaklah bersumpah dengan nama Allah Azza wa Jalla, jikalau tidak bisahendaklah ia diam.[17]
Cukuplah dengan hadits tentang larangan bersikap berlebihan dalammengagungkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi dalil yangtidak membutuhkan tambahan dan pengurangan. Bagi setiap orang yangingin mencari kebenaran, niscaya ia akan menemukannya dalam ayat danhadits tersebut, dan hanya Allah-lah yang memberi petunjuk.
Kesalahan KeempatPenulis kitab Barzanji menurunkan beberapa shalawat bid’ah yangmengandung pujian yang sangat berlebihan kepada Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam.
Para pengagum kitab Barzanji menganggab bahwa membaca shalawat kepadanabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ibadah yangsangat terpuji. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla dan malaikat-malaikat-Nya bershalawatuntuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hai orang-orang yang beriman,bershalawatlah kamu untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam danucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. [al-Ahzab/ 33:56]
Ayat ini yang mereka jadikan sebagai dalil untuk membaca kitab tersebutpada setiap peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Padahal, ayat di atas merupakan bentuk perintah kepada umat Islam agarmereka membaca shalawat di manapun dan kapanpun tanpa dibatasi saattertentu seperti pada perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tidak dipungkiri bahwa bersalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terutama ketika mendengar nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam disebut sangat dianjurkan. Apabila seorang muslim meninggalkansalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia akan terhalang darimelakukan hal-hal yang bisa mendatangkan manfaat, baik di dunia danakhirat, yaitu:
1). Terkena doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu sabda beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam : Sungguh celaka bagi seseorang yangdisebutkan namaku di sisinya, namun ia tidak bersalawat atasku.[18]
2). Mendapatkan gelar bakhil dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang bakhîl adalahorang yang ketika namaku disebut di sisinya, ia tidak bersalawatatasku[19].
). Tidak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Azza waJalla, karena meninggalkan membaca salawat dan salam atas Nabi n dankeluarganya. Nabi n bersabda: “Barangsiapa membaca salawat ataskusekali, maka Allah Azza wa Jalla bersalawat atasnya sepuluh kali.[20]4). Tidak mendapatkan keutamaan salawat dari Allah Azza wa Jalla dan para Malaikat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:”Dialah yang memberi rahmat kepadamu danmalaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu, supaya Dia mengeluarkan kamudari kegelapan kepada cahaya yang terang dan Dia Maha Penyayang kepadaorang-orang yang beriman” [Al-Ahzab/ 33:43]
Bahkan, membaca shalawat menjadi sebab lembutnya hati, karena membacashalawat termasuk bagian dari dzikir. Dengan dzikir, hati menjaditenteram dan damai sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram denganmengingat Allah Azza wa Jalla. Ingatlah, hanya dengan mengingatAllah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’du/ 13:28). Tetapi dengansyarat membaca shalawat secara benar dan ikhlas karena Allah Azza waJalla semata, bukan shalawat yang dikotori oleh bid’ah dan khufaratserta terlalu berlebihan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga bukan mendapat ketenteraman di dunia dan pahala diakherat, melainkan sebaliknya, mendapat murka dan siksaan dari AllahAzza wa Jalla. Siksaan tersebut bukan karena membaca shalawat, namunkarena menyelisihi sunnah ketika membacanya. Apalagi, dikhususkan padamalam peringatan maulîd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yangjelas-jelas merupakan perayaan bid’ah dan penyimpangan terhadap Syariat.
Kesalahan KelimaPenulis kitab Barzanji juga menyakini tentang Nur Muhammad Shallallahu‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:
Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.
Bandingkanlah dengan perkataan kaum zindiq dan sufi, seperti al-Hallajyang berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki cahaya yangkekal abadi dan terdahulu keberadaannya sebelum diciptakan dunia. Semuacabang ilmu dan pengetahuan di ambil dari cahaya tersebut dan para Nabisebelum Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menimba ilmu dari cahayatersebut.
Demikian juga perkataan Ibnul Arabi Attha’i bahwa semua Nabi sejak NabiAdam Alaihissalam hingga Nabi terakhir mengambil ilmu dari cahayakenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu penutup paraNabi.[2]
Perlu kita diketahui bahwa ghuluw itu banyak sekali macamnya.Kesyirikan ibarat laut yang tidak memiliki tepi. Kesyirikan tidak hanyaterbatas pada perkataan kaum Nasrani saja, karena umat sebelum merekajuga berbuat kesyirikan dengan menyembah patung, sebagaimana perbuatankaum jahiliyah. Di antara mereka tidak ada yang mengatakan kepada Tuhanmereka seperti perkataan kaum Nasrani kepada Nabi Isa Alaihissalam ,seperti ; dia adalah Allah, anak Allah, atau menyakini prinsip trinitasmereka. Bahkan mereka mengakui bahwa tuhan mereka adalah kepunyaanAllah Azza wa Jalla dan di bawah kekuasaan-Nya. Namun mereka menyembahtuhan-tuhan mereka dengan keyakinan bahwa tuhan-tuhan mereka itu mampumemberi syafaat dan menolong mereka.
Demikian uraian sekilas tentang sebagian kesalahan kitab Barzanji, semoga bermanfaat.[23]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XII/1430H/2009M.Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo PurwodadiKm.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]_________Footnote[1]. Al-Munjid fil A’lam, 125[2]. Majma’tul Mawalid, hal. 132.[3]. HR.Tirmidzi dan dishahîhkan al Albâni di dalam shâhihul jam’i hadits yang ke 6468[4]. Lihat Majma’atul Mawalid Barzanji, hal. 101.[5]. Shahih diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya (348) dan Abu Daud dalam Sunannya (4718).[6]. Lihat Minhaj Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, 3/ 74.[7]. Aunul Ma’bud, Abu Thayyib (12/ 324)[8]. Aunul Ma’bud, Abu Thayyib (12/ 324)[9]. Lihat Fikih Tradisionalisme, Muhyiddin Abdusshomad (277-278)[10]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari : 3/187, no : 2731, 2732, al-Fath 5/388.[11]. Shahih diriwayatkan Imam Bukhâri dalam Shahihnya (3043) dan Imam Muslim dalam Shahihnya (1768)[12]. Lihat Minhaj Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, juz XII, hal. 313.[13]. Lihat Ikmalil Mua’lim Bi Syarah Shahih Muslim, Qadhi Iyadh, 6/ 105.[14]. Shahaih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (3445)[15]. Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih(2042) dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Ghayatul Mar’am : 125[16]. Shahih, dishahihkan Oleh Albani dalam Ghayatul Mar’am 127, lihatlah takhrij beliau di dalamnya.[17]. Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya (2679) dan Imam Muslim dalam Shahihnya (1646)[18]. Shahih, diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya (3545), ImamAhmad dalam Musnadnya 2/254, dan dishahihkan oleh Albani dalam irwa’ : 6[19]. Shahih diriwayatkan Imam Tirmidzi dalam Sunannya (3546), ImamAhmad dalam Musnadnya 1/201 dan dishahihkan Albani dalam irwa’ : 5[20]. Shahih diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya (284).[21]. Majma’atul Mawalid(101).[22]. Lihat perinciannya dalam kitab Mahabbatur Rasulullsh oleh Abdur Rauf Utsman (169-192).[23]. Insya Allah, untuk lebih jelasnya akan penulis sampaikan dalambuku Ritual Tradisional. Semoga Allah memudahkan penulisan buku iniyang memuat 40 bid’ah populer di kalangan kaum tradisional di Indonesiayang meliputi, Shalawatan, Barzanjian, Daibaan, Yasinan, Tahlilan,Ratiban, Manaqiban, Rajaban, Sya’banan, Selamatan dan bid’ah-bid’ahlain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar